Jakarta (ASET) – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI (BBRI) membukukan laba bersih Rp45,36 triliun pada kuartal III/2024 atau tumbuh sebesar 2,60% secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian ini terhitung naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp44,21 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso menyampaikan, tahun 2024 masih menjadi tahun yang penuh tantangan dengan dinamika ekonomi global dan domestik yang mempengaruhi berbagai sektor. Kondisi negatif tersebut juga turut memengaruhi sektor keuangan dan perbankan.
“Namun, di tengah tantangan tersebut, BRI Alhamdulillah berhasil mencatatkan kinerja keuangan dengan pertumbuhan yang sangat baik,” katanya pada press conference Kinerja Keuangan BRI Kuartal III/2024 di Jakarta, Rabu (30/10).
Lebih lanjut, Sunarso menyampaikan, ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan adalah hasil dari fundamental bisnis yang kuat.
“Capaian tersebut tidak terlepas dari fokus BRI yang secara konsisten memperkuat fundamental kinerja, serta melakukan strategic response yang tepat dalam menghadapi berbagai dinamika pasar,” ungkapnya.
Dari sisi intermediasi, hingga akhir September 2024 BRI berhasil menyalurkan kredit senilai Rp1.353,36 triliun, atau tumbuh 8,21% secara tahunan (yoy). Kemudian dari total penyaluran kredit tersebut, sekitar 81,70% di antaranya atau sekitar Rp1.105,70 triliun merupakan kredit kepada segmen UMKM.
Penyaluran kredit yang tumbuh positif tersebut juga ikut membuat aset BRI meningkat 5,94% (yoy) tercatat menjadi sebesar Rp1.961,92 trilliun.
Suharso menegaskan, dukungan BRI kepada segmen UMKM menjadi prioritas utama dalam memperkuat ekonomi kerakyatan.”BRI hadir untuk memperkuat UMKM sebagai pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Melalui pemberdayaan UMKM, BRI mengambil peran dalam membangun ekonomi yang inklusif dan berkeadilan,” ujarnya.Dengan penyaluran kredit yang terus tumbuh, BRI juga mampu mengelola kualitas asetnya dengan baik.
Hal ini ditunjukkan dari rasio kredit macet (Non Performing Loan/NPL) BRI yang membaik.Tercatat, NPL pada Kuartal III/2024 tercatat sebesar 2,90%, atau membaik dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,07%.
Di samping NPL, perseroan juga berhasil mencatat rasio kredit berisiko (Loan at Risk/LAR) yang lebih baik, dari semula 13,80% pada kuartal III/2023 menjadi 11,66% pada kuartal III/2024.
Menurutnya, penurunan rasio NPL dan LAR ini didukung oleh penerapan strategi pengelolaan manajemen risiko yang disiplin di seluruh lini bisnis. BRI secara aktif memantau kualitas kredit dan mengadopsi Early Warning System untuk mendeteksi potensi masalah kredit sedini mungkin.
Selain itu, lanjut dia, BRI juga memperkuat tim recovery untuk mengelola kredit bermasalah dengan lebih cepat dan efisien. Di samping kualitas kredit yang semakin membaik, BRI juga tetap mempersiapkan pencadangan yang memadai dengan NPL Coverage sebesar 215,44%.
“BRI telah mengimplementasikan berbagai langkah mitigasi risiko, mulai dari selective growth, pemantauan kredit secara proaktif, penguatan pencadangan, hingga penyelesaian kredit bermasalah yang dilakukan dengan pendekatan kolaboratif bersama nasabah,” tambah Sunarso.
Sementara itu, dari sisi liabilitas, BRI berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1.362,42 triliun atau tumbuh 5,59% (yoy).
Komposisi dana murah (CASA) masih mendominasi DPK BRI dengan porsi mencapai 64,17%, atau meningkat dibandingkan dengan CASA pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 63,64%.
Adapun, Sunarso mengungkapkan, transformasi digital BRI jadi salah satu faktor utama peningkatan penghimpunan dana murah tersebut. Melalui super apps BRImo, BRI telah menciptakan solusi perbankan yang terintegrasi dan mudah diakses oleh nasabah kapan saja dan di mana saja.
Hingga akhir September 2024 tercatat pengguna BRImo telah mencapai 37,14 juta user dengan volume transaksi mencapai Rp4.034 triliun, atau tumbuh 35,20% (yoy).
“Inovasi ini terbukti mampu mendorong peningkatan jumlah nasabah tabungan, khususnya di kalangan milenial dan generasi muda yang semakin digital-savvy,” sebutnya.